KISAH PARA NABI : NABI YUSUF A.S ( 2 )
Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras
kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa
dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya
atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.
Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan
seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah
akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana
yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat
keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka
nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak
berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh
yang menakutkan.
Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahwa Yunus tidak berdusta dalam
kata-katanya dan bahwa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong
buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan
memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada
kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka
yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.
Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan
padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari
bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolaholah
turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa
mereka.
Allah yang Maha Mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa
sesalannya dan bahwa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan
dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya
dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas
menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi
Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatangbinatang
yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan
kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah
berkenan menerima doa dan permohonan mereka.
Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman
dari malapetaka yang nyaris melanda mereka:
"Di manakah gerangan Yunus sekarang berada?
Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia
meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel karena sikap kami yang menentang dan
memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami
menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di
akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah
mengampuni dosa kami."
Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak,
maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia
tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak
menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama
lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke
tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, karena sekonyongkonyong
tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak
diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta
seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang
sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.
Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika
keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban
berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu
dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada
tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan
cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar