Rabu, 26 Agustus 2009

Kisah nabi Yusuf (2)

KISAH PARA NABI : NABI YUSUF A.S ( 2 )
















Nabi Yunus tidak tahan tinggal dengan lebih lama di tengah-tengah kaum Ninawa yang berkeras

kepala dan bersikap buta-tuli menghadapi ajaran dan dakwahnya. Ia lalu meninggalkan Ninawa

dengan rasa jengkel dan marah seraya memohon kepada Allah untuk menjatuhkan hukumannya

atas orang-orang yang membangkang dan berkeras kepala itu.


Sepeninggalan Nabi Yunus penduduk Ninawa mulai melihat tanda-tanda yang mencemaskan

seakan-akan ancaman Nabi Yunus kepada mereka akan menjadi kenyataan dan hukuman Allah

akan benar-benar jatuh di atas mereka membawa kehancuran dan kebinasaan sebagaimana

yang telah dialami oleh kaum musyrikin penyembah berhala sebelum mereka. Mereka melihat

keadaan udara disekeliling Ninawa makin menggelap, binatang-binatang peliharaan mereka

nampak tidak tenang dan gelisah, wajah-wajah mereka tanpa disadari menjadi pucat tidak

berdarah dan angin dari segala penjuru bertiup dengan kecangnya membawa suara gemuruh

yang menakutkan.


Dalam keadaan panik dan ketakutan , sedarlah mereka bahwa Yunus tidak berdusta dalam

kata-katanya dan bahwa apa yang diancamkan kepada mereka bukanlah ancaman kosong

buatannya sendiri, tetapi ancaman dari Tuhan. Segeralah mereka menyatakan taubat dan

memohon ampun atas segala perbuatan mereka, menyatakan beriman dan percaya kepada

kebenaran dakwah Nabi Yunus seraya berasa menyesal atas perlakuan dan sikap kasar mereka

yang menjadikan beliau marah dan meninggalkan daerah itu.

Untuk menebus dosa, mereka keluar dari kota dan beramai-ramai pergi ke bukit-bukit dan

padang pasir, seraya menangis memohon ampun dan rahmat Allah agar dihindarkan dari

bencana azab dan seksaan-Nya. Ibu binatang-binatang peliharaan mereka dipisahkan dari anak-anaknya sehingga terdengar suara teriakan binatang-binatang yang terpisah dari ibunya seolaholah

turut memohon keselamatan dari bencana yang sedang mengancam akan tiba menimpa

mereka.


Allah yang Maha Mengetahui bahwa hamba-hamba-Nya itu jujur dalam taubatnya dan rasa

sesalannya dan bahwa mereka memang benar-benar dan hatinya sudah kembali beriman dan

dari hatinya pula memohon dihindarkan dari azab seksa-Nya, berkenan menurunkan rahmat-Nya

dan mengurniakan maghfirat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dengan tulus ikhlas

menyatakan bertaubat dan memohon ampun atas segala dosanya. Udara gelap yang meliputi

Ninawa menjadi terang, wajah-wajah yang pucat kembali merah dan ebrseri-seri dan binatangbinatang

yang gelisah menjadi tenang, kemudian kembalilah orang-orang itu ke kota dan

kerumah masing-masing dengan penuh rasa gembira dan syukur kepada Allah yang telah

berkenan menerima doa dan permohonan mereka.


Berkatalah mereka didalam hati masing-masing setelah merasa tenang, tenteram dan aman

dari malapetaka yang nyaris melanda mereka:

"Di manakah gerangan Yunus sekarang berada?

Mengapa kami telah tunduk kepada bisikan syaitan dan mengikuti hawa nafsu, menjadikan dia

meninggalkan kami dengan rasa marah dan jengkel karena sikap kami yang menentang dan

memusuhinya. Alangkah bahagianya kami andaikan ia masih berada di tengah-tengah kami

menuntun dan mengajari kami hal-hal yang membawa kebahagiaan kami di dunia dan di

akhirat. Ia adalah benar-benar rasul dan nabi Allah yang telah kami sia-siakan. Semoga Allah

mengampuni dosa kami."


Adapun tentang keadaan Nabi Yunus yang telah meninggalkan kota Ninawa secara mendadak,

maka ia berjalan kaki mengembara naik gunung turun gunung tanpa tujuan. Tanpa disadari ia

tiba-tiba berada disebuah pantai melihat sekelompok orang yang lagi bergegas-gegas hendak

menumpang sebuah kapal. Ia minta dari pemilik kapal agar diperbolehkan ikut serta bersama

lain-lain penumpang. Kapal segera melepaskan sauhnya dan meluncur dengan lajunya ke

tengah laut yang tenang. Ketenangan laut itu tidak dapat bertahan lama, karena sekonyongkonyong

tergoncang dan terayunlah kapal itu oleh gelombang besar yang datang mendadak

diikuti oleh tiupan angin taufan yang kencang, sehingga menjadikan juru mudi kapal berserta

seluruh penumpangnya berada dalan keadaan panik ketakutan melihat keadaan kapal yang

sudah tidak dapat dikuasai keseimbangannya.

Para penumpang dan juru mudi melihat tidak ada jalan untuk menyelamatkan keadaan jika

keadaan cuaca tetap mengganas dan tidak mereda, kecuali dengan jalan meringankan beban

berat muatan dengan mengorbankan salah seorang daripada para penumpang. Undian lalu

dilaksanakan untuk menentukan siapakah di antara penumpang yang harus dikorbankan. Pada

tarik pertama keluarlah nama Yunus, seorang penumpang yang mereka paling hormati dan

cintai, sehingga mereka semua merasa berat untuk melemparkannya ke laut menjadi mangsa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar